Minggu, 06 Desember 2009

Gletser di Gunung Everest Mencair

Perdana Menteri Nepal Madhav Kumar dan 22 menterinya bertemu di dataran tinggi Kalapathar, tidak jauh dari kaki Gunung Everest, Jumat (4/12). Mereka membahas perubahan iklim yang menyebabkan mencairnya gletser di puncak gunung dan mengancam penduduknya.
Gletser (es dan salju) telah mencair dengan cepatnya sehingga membentuk sebuah danau glasial yang besar. Dinding danau pun tampak dalam kondisi rawan jebol. Bencana alam akibat banjir bandang tidak hanya mengancam jutaan jiwa warga di lereng dan kaki gunung, tetapi juga bisa meluluhlantakkan jutaan areal pertanian, sumber-sumber ekonomi, dan permukiman warga.
Es dan salju yang mencair itu lambat laun membuat rute (trek) pendaki gunung tidak stabil dan lebih sulit dilalui. ”Bukit dan gunung biasanya selalu tertutup salju sekalipun pada musim panas. Sekarang salju hanya tampak di puncak tertinggi Everest,” kata Ngyendon (66), warga Syangboche.
Penduduk terancam
Bahkan para ilmuwan mengingatkan, jika gletser terus mencair hingga akhirnya hilang, kekeringan akan melanda Asia dalam beberapa dekade mendatang dan 10 sungai besar yang bersumber di Everest bisa kering. Hal itu menjadi ancaman besar bagi 1,3 miliar penduduk yang selama ini bergantung pada sungai-sungai itu.
”Kami senang pemerintah mengambil inisiatif sebelum terlambat. Biasanya pihak berwenang baru mau bertindak setelah terjadi musibah. Sekarang kami berharap berbagai tindakan antisipasi yang konkret dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh,” kata Mingma (47), petugas penginapan di Syangboche.
Pertemuan perdana menteri, dua wakil perdana menteri, dan 20 menteri kabinet Nepal tersebut diadakan sebagai langkah persiapan untuk menghadapi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB tentang perubahan iklim internasional di Kopenhagen, Denmark, 7-18 Desember. KTT akan dihadiri sekurangnya 100 negara untuk membahas langkah-langkah konkret mencegah laju pemanasan global.
Lokasi pertemuan para politisi papan atas Nepal ini berada di Kalapathar, di ketinggian 17.192 kaki atau 5.240 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tempat itu biasanya dijadikan sebagai base camp kelompok pendaki gunung. Sebelumnya, mereka menjalani tes kesehatan di Kathmandu, ibu kota Nepal.
Setelah naik helikopter dari Kathmandu, Kamis, mereka bermalam di Lukla, sekitar 2.800 mdpl, untuk penyesuaian terhadap perubahan suhu yang amat dingin. Mereka terbang ke Syangboche, di ketinggian 3.900 mdpl, didampingi tim dokter dan paramedis. Seterusnya mereka pun terbang ke Kalapathar untuk memulai pertemuan.
”Pemanasan global telah membawa dampak serius terhadap perekonomian nasional,” kata Menteri Keuangan Nepal Surendra Pandey menjelang pertemuan. ”Telah terjadi perubahan pola curah hujan. Gletser mencair,” katanya lagi.
Biksu mendoakan
Ketika masih di Syangboche, rombongan biksu menyambut para menteri dengan menabuh gendang tradisional dan mengalungkan para menteri dengan syal sutra. Para biksu juga berdoa memohon kesehatan dan keselamatan para menteri hingga kembali ke Kathmandu.
Petugas Asosiasi Penyelamatan Himalaya Bikram Neupane dan Subhash Khanal mengatakan, para menteri itu mengenakan jaket tebal dan topi wol. Agar mereka bisa tahan dalam kondisi ekstrem, cuaca amat dingin, kadar oksigen darah mereka pun telah ditingkatkan terlebih dahulu saat pertama kali diadakan pemeriksaan medis di Kathmandu.



Para politisi Nepal turut serta dalam pertemuan kabinet yang diselenggarakan di dataran tinggi Kalapathar, dekat Gunung Himalaya, Jumat (4/12). Lokasi pertemuan ada di ketinggian 5.240 meter di atas permukaan laut. Perdana Menteri Nepal Madhav Kumar dan 22 menteri dilengkapi dengan tabung oksigen. Para politisi itu tiba di lokasi dengan naik helikopter. Pertemuan bertujuan menyadarkan dunia soal bahaya pemanasan global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar